Kreativitas Tanpa Batas

Minggu, 29 Januari 2012

Apa itu Kandaga Genjring Cilimus


Wadah anak Muda Cilimus yang hobi genjring,,d kumpulkan dalam satu organisasi yang bergerak d bidang seni dan budaya. Genjring adalah alat musik tabuh atau tepak yang memunculkan suara ritmik beratuaran dengan nada dan harmonisasi tepakan yang memunculkan nada yang enak di dengar dan khas.

Di lihat dari sejarahnya genjring merupakan alat musik yang mendampingi berkembanganya ajaran islam di jawa, biasa diimainkan untuk mengiringi solawat nabi atau puji-pujian kepada nabi yang di tulis dalam kitab Al-berjanji, belakangan kesenian di jawa barat berkembang menurut jamannya, awalnya genjring sebagai pengiring solawat nabi pada jaman kesultanan kanoman di Cirebon muncul pola dan perilaku yang berbeda dalam memainkan genjring, yaitu yang sering d kenal d masyarakat "genjring rudat", genjring rudat lahir pada jaman kesultanan kanoman, bermula dari semangat masyarakat yang ingin melawan serangan para penjajah yang saat itu aktivitas silat dan bela diri dilarang oleh para penjajah, pemimpin kesultanan kanoman cirebon dan para pimpinan pesantren saat itu menyisati pergerakan silat di samarkan menjadi tari-tariaan untuk mengajar bela diri pada pemuda-pemuda atau santri-santri di cirebon sehingga para penjajah tidak menyadarinya, dan pada saat itiu di kenalah kesenian Genjring Rudat yang d iringi alat musik Genjring , Dogdog, dan gamelan, itulah sekilas sejarah genjring yang berkembang sesuai jamannya sampai dikenal Genjring Rudat.

Dewasanya, saat ini para kaum muda seolah acuh pada kebudayaan yang ada di daerahnya, ironis memang dengan kenyataan seperti ini , padahal kebudayaan adalh harta nenek moyang kita yang patut di jaga dan di lestarikan, banyak kaum muda yang menghabiskan waktunya dengan ketidak jelasan, hanya berkumpul di sebuah jalan-jalan yang sering dilalui orang yang terkadang melakukan hal-hal yang dilarang agama maupun hukum, tak ubahnya para remaja yang sekarang banyak menghabiskan waktunya di depan layar televisi dengan memegang kendali untuk memenangkan sebuah permainan. Mereka banyak menghabiskan waktunya dengan tehnologi-tehnologi asing yang membuat terbuai dan terlena sehingga banyak para ramaja melupakan cara permainan tradisional sampai kebudayaan tradisional.

Berbeda dengan sebuah Desa yang berada di daerah kabupaten Kuningan tepatnya di Desa cilimus. Para kaum muda dan remaja bersatu dengan kompak, bahu membahu menyelamatkan warisan budaya nenek moyang agar tetap lestari. Sebuah fakta yang ada di sebuah desa, dan bisa di bilang suatu keanehan positif, banyak kaum muda dan para remaja berminat pada kesenian tradisional Genjring Rudat, dan semangat sekali mempelajarinya. Suatu kabar gembira buat kita semua terutama bangsa Indonesia. Banyak kalangan yang mendukung sebuah pergerakan anak muda ini, sehingga membuat perkumpulan ini bertambah semangatnya untuk mengembangkan kesenian tradisional Genjring Rudat ke arah semi modern agar banyak masyarakat meminati kesenian tradisional, tanpa membuang sisi tradisionalnya.

Hasilnya anak muda cilimus ini dipercaya oleh kabupaten untuk mewakili daerahnya di acara perhelatan akbar yang di adakan Dinas Pariwisata Kebudayaan setingkat Nasional. Dukungan ini pemerintah ini merupakn modal awal semangat para kaum muda ini, untuk terus berkreativitas dan menjaga warisan budaya nenek moyang. Ditamabah lagi dengan masuk nominasi pelaku seni termuda rampak Genjring se-Indonesia merupakan penghargaan yang sangat pantas dan lebih dari cukup, pasalnya anak muda cilimus inii belum sebulan untuk berlatih kesenian tradisional Genjring Rudat, yang selayaknya belum pantas tampil, tetapi mendapat apresiasi dari masyarakat dan pemerintah yang begitu banyak, karena mereka mengira perkumpulan anak muda ini sudah berlatih dari 5 bulan lamanya padahal belum mncapai angka satu bulan mereka mendapat apresiasi yang luar biasa dari masyarakat dan pemerintah setempat. Bahkan dua minggu selanjutnya anak muda ini di percaya kembali untuk mewakili kabupaten untuk acara pagelaran kebudayaan dalam rangka HUT provinsi Jawa barat yang di adakan di Kota Cirebon, dan selalu mengisi acara di desanya untuk memeriahkan Hari besar Islam. Pada akhirnya para pemuda di Desa Cilimus banyak yang berminat untuk bergabung, berawal dari anggota 5 orang, bertambah menjadi 25 orang dan sekarang 35 orang pemuda cilimus yang hasilnya di bentuk organisasi Kesenian Tradisional Genjring Rudat dan namakan “Kandaga Genjring Cilimus” mempunyai arti wadah berkumpulnya anak muda Cilimus yang berminat pada kesenian Genjring diketuai oleh kang Oman dan di Bina oleh bapak Acun, Bu Iin, dan Kang Yaya.

Pergerakan yang didukung akan memunculkan semangat untuk para pelaku seni itu sendiri, maka dari itu dukungan dan apresiasi masyarakat sangat dibutuhkan untuk menjaga warisan budaya nenek moyang.

1 komentar:

inisiAL_D mengatakan...

matap

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons